Sabtu, 23 November 2013

Curcolan Perawat Gantheng


Sedih rasanya sebagai seorang praktisi kesehatan saat melihat berita di media yang menayangkan pemberitaan miring dan menyudutkan seputar pelayanan kesehatan. Pemberitaan – pemberitaan tersebut membuat masyarakat awam terdoktrin pikiran negatif mengenai pelayanan kesehatan. Terkadang tergerak ingin melakukan pembelaan namun siapalah kita dan apa daya kita. Masih ingat mengenai kasus bayi malang Dera Nur Anggraini yang meninggal dunia setelah ditolak sejumlah rumah sakit untuk mendapatkan perawatan??? Kasus yang sempat ramai dibicarakan di media masa tersebut sempat menuai beragam komnetar dari kalangan masyarakat. Ada yang mau mencopot direktur Rumah Sakit yg telah menolak Bayi Dera, ada juga yang menerangkan bahwa kasus Dera ini adalah masalah pelanggaran hak asasi manusia (HAM), ada pula yang meminta perhatian pemerintah untuk melengkapi fasilitas rumah sakit, agar kasus Dera tidak terulang kembali. Pada kesempatan kali ini saya ingin sedikit memberikan gambaran mengenai sikon di rumah sakit sebagai sedikit pencerahan bagi masyarakat agar tidak termakan berita/isu negative secara mentah – mentah yang ditayangkan oknum oleh media.
Coba Bayangkan kalo pasien dgn metode pembayaran jaminan (KJS, Jamkesmas, Jamkesda, Gakin, JPS,dll), dtg saat kondisi RS overlode pasien, bed full. Kalo petugas RS bilang penuh, nanti disangka nolak pasien karena pembayaranya Jaminan. Klo emang pasienya overloade, mungkin akan dimotivasi pindah ke RS lain bila kondisi memungkinkan. Atau kalau memang mau tetep dilanjutin dirawat di RS tersebut alternatif lain nunggu ruang rawat, ngantri masuk ruangan, pasien sementara ditaruh dimana aja asal tetep mendapat perawatan. Dengan alternatif seperti itu nanti dibilang, pasien ditelantarkan di IGD gara-gara pasien pembayarannya dengsn jaminan, padahal udah infus udah masuk obat tinggal observasi aja. Ada lagi pasien dengan jaminan datang ke UGD dgn kondisi yang sudah buruk. Pasian Dipasang infus, dikasih makan, diobservasi, bahkan bisa dimasukkan ke rawat inap. Kalo tidak layani, tidak mungkin sampai ke rawat inap. Itu kan namanya diobati, dilayani. selama beberapa hari kondisi sempat membaik namun pada akhirnya pasien tetap tidak bisa diselamatkan, pasien meninggal. RS lagi yang disalahkan,muncul lgi pemberitaan di media, "karena pasien jaminan pihak RS lamban menangani pasien dan tidak maksimal menangani pasien hingga pasiennya meninggal".
Seolah - olah pasien yang sudah masuk di RS itu berarti PASIEN DILARANG MENINGGAL. hellow... paramedis itu manusia chuy yang tidak berwenang atas kematian, tidak bisa menentang Kuasa Tuhan. Kematian itu urusan Tuhan, kita paramedis hanya bisa mngusahakan memberikan pertolongan semaksimal mungkin buat menyelamatkan dari kematian, tapi kalau Tuhan berkendak lain?? apa mau dikata?? paramedis dan RSnya yang dikata disalahkan???? ouwyeah.... Paramedis di RS jumlahnya terbatas kerjanya dah peng2an habis2an, dan tidak diperbolehkan nolak pasien, kalo nolak pasien RSnya diancam ditutup, padahal kalo ditutup apa gak bakal merugikan masyarakat banget ya. Kalo ditutup, coba anda bayangkan sendiri saudara saudara bagaimana dampaknya? Berapa banyak lagi pasien yang tidak tertangani? jadi tolonglah temen2 wartawan media kalau menyampaikan berita di media itu sesuai fakta yang sebenarnya jangan diluwebay2kan, jangan memperkeruh sesuatu yang memang belum jernih.
Itulah sedikit mengenai gambaran pelayanan di RS yang mungkin juga perlu diketahui oleh masyarakat, sehingga masyarakat awam juga bisa memahami kenapa sering kali muncul berita miring di media mengenai pelayanan kesehatan. Bukan merupakan pembelaan, namun hanya sedikit pencerahan bagi masyarakat agar tidak hanya termakan berita/isu negative secara mentah – mentah sehingga dapat merugikan kedua belah pihak baik dari pihak rumah sakit maupun dari pihak masyarakat yang termakan berita itu sehingga menurunkan kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan.
Kemudian sedikit pesan buat temen – temen sejawat yang bekerja di pelayanan kesehatan Rumah Sakit, mau pasien umum ataupun pasien jaminan, berikan pelayanan yang sama pada mereka (pasien), jangan membeda2kan dalam memberikan pelayanan pada pasien karena masalah perbedaan metode pembayaran. Masalah pembayaran itu urusan pasien dengan RS, Urusan anda adalah memberikan peleyanan dgn baik. Mau pasien umum atau pasien jaminan toh nantinya biayanya juga bakal dibayar kan??? hanya saja metode pembayarannya aja yang berbeda. Jangan mempersulit orang yang sedang dalam kesulitan. Ingat, anda bekerja itu digaji buat memberikan pelayanan yang baik. jadi, jadilah pekerja yang bertanggungjawab dengan pekerjaan anda.


Kuli Intelek Berseragam Putih-Putih Korban Politik Pencitraan


Kadang seperti ada rasa kekecewaan menjadi seorang Tenaga kesehatan ( Perawat ), bukan masalah gaji yang diterima atau beban kerja yang harus ditanggung. Tapi lebih pada masalah tugas dan fungsi sebagai tenaga kesehatan yang seharusnya totalitas mengabdi pada masayarakat namun dibenturkan dengan kepentingan politik sejumlah politikus, pemimpin daerah bahkan pemimpin negara sekalipun. Entah mereka sadari atau tidak akan hal tersebut. Semua orang tahu bahwa saat ini Indonesia memilih langsung para calon pemimpinnya baik tingkat daerah kabupaten, gubernur hingga presiden. Masing-masing calon mempunyai program andalan yang dirasa paling baik dan mampu menarik minat pemilih (masyarakat). Program yang kadang tidak rasional dan masuk akal berani mereka janjikan guna memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan. Yang ada di pikiran mereka yang penting terpilih dulu, pasalnya nanti bisa merealisasikan janji-janjinya itu urusan belakangan.

Program yang selalu jadi primadona andalan para politikus untuk menarik minat para pemilih yang paling banyak dijanjikan adalah ” program kesehatan / berobat gratis dan program pendidikan / sekolah gratis”. Setuju memang kalau sudah selayaknya masyarakat Indonesia mendapatkan pengobatan dan sekolah gratis apalagi bagi masyarakat yang kurang mampu. Cara-cara seperti itu memungkinkan untuk penguasa mencari simpati dan dukungan. Dibawah keterpurukan dan kemiskinan yang melanda rakyat pemberian janji-janji semacam itu seperti memberikan angin surga dimana akhirnya timbul simpati dari rakyat kecil.

Fakta dilapangan tidaklah seindah itu, ketika orang dijanjikan mendapatkan pengobatan gratis sementara jumlah tenaga kesehatan minim, fasilitas dan sarana prasarana pendukung tidak memadai akhirnya banyak masyarakat calon pasien menjadi kecewa karena tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dan memuaskan. 

Janji pengobatan gratis oleh penguasa yang sangat kental dengan nuansa politik pencitraan dalam pelaksanaanya dilapangan sangat berkebalikan dengan apa yang mereka janjikan. Karena upaya untuk pemenuhan janji-janji tersebut membutuhkan dana yang sangat besar dan tidak sedikit sementara anggaran pendapatan belanja negara yang digelontorkan bagi pelayanan kesehatan masyarakat miskin sangat rendah. Akhirnya berujung pada pelayanan kesehatan menjadi tidak maksimal yang berujung pada kekecewaan pasien / masyarakat.

Kekecewaan dan ketidak puasan semacam itu bisa kita lihat contohnya didalam pemberitaan-pemberitaan di media massa mengenai kinerja tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan. Berapa banyak pemberitaan media yang mengatakan pasien miskin ditolak karena rumah sakit penuh? walaupun kenyataannya memang penuh. Berapa banyak media yang memberitakan tentang kinerja tenaga kesehatan Indonesia yang buruk? walaupun kenyataanya memang fasilitas dan sistemnya buruk. Sangat banyak! Bahkan tidak pernah saya mendengar berita positif tentang pelayanan seorang tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan rumah sakit di media massa. Sepertinya berita negatif seputar tenaga kesehatan indonesia lebih menarik dan menjual untuk diberitakan ketimbang berita-berita yang positif.

Politik pencitraan yang dilakukan penguasa memang boleh dibilang sangat bagus khususnya bagi kesuksesan pencalonan mereka. Tapi yang terjadi sebenarnya mereka sedang meng-adu domba kami tenaga kesehatan dengan masyarakat sebagai pasien yang setiap hari bersinggungan langsung dgn kami. Penguasa tidak pernah tahu bagaimana kami bekerja dan mereka penguasa juga tak pernah tahu secara persis keluh kesah para pasien mengenai pelayanan kesehatan.

Dalam pelakasanaan pelayanan kesehatan yang penguasa tahu dari politik pencitraan mereka adalah yang penting Progam pengobatan gratis jalan, rakyat senang, bodo amat kalau ternyata banyak masalah yang mendera karena pada akhirnya yang berbenturan langsung dilapangan juga nantinya bukan para politikus /pembuat kebijakan, tapi yang berhadapan langsung adalah “ Tenaga kesehatan VS Pasien ”. Akhirnya masyarakat memandang bahwa buruknya layanan kesehatan ini ya karena dokternya, karena perawat, bidan atau rumah sakitnya, tapi pasien / masyarakat tidak pernah mencari sumber kekacauannya sebenarnya itu ada dimana.

Bagaimana mungkin kita (para pelayan medis) ini bisa bekerja dengan baik dan maksimal jika fasilitas, sarana dan prasarana yang mendukung bagi berlangsungnya pelayanan kesehatan masyarakat tidak memadai? bagaimana mungkin para tenaga kesehatan ini bisa bekerja dengan tenang, ikhlas mengabdi jika kesejahteraan mereka dan keluarganya sendiri tidak diperhatikan pemerintah? walaupun tenaga medis syarat dengan kerja sosial tapi bukan berarti kami tidak butuh makan atau uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Masyarakat juga harus tahu bahwasanya gaji tenaga kesehatan itu tidak sebesar yang mungkin orang bayangkan selama ini. Sementara gaji sopir busway sudah mencapai 7 juta, gaji buruh di jakarta bisa mencapai 3 juta. Bukannya mau membanding-bandingkan, tapi dari tingkat pendidikan, lamanya menempuh pendidikan, dan mahalnya biaya pendidikan yang harus dijalankan oleh seorang tenaga kesehatan tentunya bisa dibilang sangat tidak adil. Dengan beban berat tugas dan kewajiban yang sama-sama harus ditanggung, faktor resiko tertular penyakit yang besar, dan bekerja dalam tekanan karena dihadapkan dengan nyawa seseorang tentunya penghasilan kecil semacam itu terkesan mencederai niat dan ketulusan untuk mengabdi pada masyarakat.

Perlu juga masyarakat tahu, mengabdi memang tidak selayaknya menuntut atau mempersalahkan gaji. Jangan juga dipikir semua tenaga kesehatan itu kaya, karena bisa dibilang mungkin kekayaan mereka sudah dihabiskan untuk menuntut ilmu di bangku kuliah karena luar biasa mahalnya biaya kuliah tenaga kesehatan di negara kita. Jadi jika saat ini mereka bekerja itu lebih karena kita juga butuh penghidupan yang layak bagi keluarga, anak-istri bahkan untuk orang tua yang membiayai kuliah kita sehingga juga ada keinginan untuk mengangkat derajat mereka dan bukan sekedar keinginan mengabdi saja.

Itulah sekelumit gambaran tentang “politik pencitraan” di Negeri ini yang berimbas pada tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan. Bisa dibilang tenaga kesehatan tak lebih hanya sekedar seorang kuli intelek yang bekerja dalam balutan seragam putih - putih yang suci, namun rawan tertular infeksi, dicaci dan dibenci masyarakat yang kecewa ketika mereka tidak puas dilayani. Semoga masyarakat memaafkan kami ketika pelayanan kami belum bisa maksimal karena berbagai keterbatasan dan kekurangan dalam pelaksanaan sistem kesehatan dinegara kita.

Sabtu, 14 September 2013

Dibalik Wajah Kebahagiaan Para Mahasiswa Bertoga

Wisuda merupakan salah satu momment dari bagian hidup seseorang yang tak akan terlupakan. Hari ini Poltekkes Kemenkes Surabaya tengah menggelar hajatan, Wisuda dan Angkat Sumpah bagi mahasiswa lulusannya. Acara tersebut dilaksanakan di Auditorium Poltekkes Kemenkes Surabaya.  Bersyukur pada tanggal 29 September 2011 yang lalu saya juga telah merasakan momment wisuda yang tidak semua orang bisa merasakan dan mengalaminya. Hari ini Auditorium Poltekkes Kemenkes Surabaya seakan menjelma menjadi suatu tempat yang sangat ramai dipadati ribuan orang yang penuh kebahagiaan. Senyum bahagia tersebar merekah, ucapan selamat dan bingkisan buket  bunga ikut mengiringi, wajah-wajah bahagia terekam baik oleh lensa-lensa kamera. Para orang tua ada yang menitikkan air mata haru dan bahagia di ujung matanya, menyaksikan sang anak kini telah meraih sebuah gelar baru di belakang nama mereka, “AMK” (Ahli Madya Keperawatan).
 Wisuda adalah moment yang sangat dinanti-nanti oleh seseorang setelah perjuangan panjang menjalani studinya sebagai mahasiswa. Moment yang pada hari itu kuncir toga dipindahkan dari kiri ke kanan ( penting nggak seeeehhh...??? ). Moment yang pada hari itu semua rasa menjadi satu. wajah-wajah yang cantik mengenakan kebaya, bingkisan buket bunga yang indah, senyum orang tua yang merekah, antara tangis dan tawa melebur, tangis haru kebahagiaan, tawa riang kegembiraan. Hari wisuda memang menjadi hari kebahagiaan yang selalu dinanti oleh para mahasiswa. Wisuda juga adalah moment yang sangat ditunggu-tunggu oleh para orangtua setelah bertahun-tahun dihiasi dengan pengorbanan dan doa panjang pengharapan agar sang anak menjadi seorang yang berhasil. Dan pada hari itu seorang anak berhasil mengukir senyum kebanggaan di wajah orangtuanya, dan membuat orangtua merasa bahwa perjuangan mereka terbayarkan. dalam hatinya mungkin terbesit, selesai juga perjuangannya mencari nafkah untuk membiayai pendidikan si anak.
Para pejuang ilmu yang telah bergelut kurang lebih 3 tahun, kini mengenakan baju kebanggannya, toga. Sebagai simbol sebuah kelulusan dan keberhasilan. Tiga tahun, yang sebenarnya bukan hanya memberikan sekedar tambahan huruf berupa titel dibelakang nama, atau lembaran – lembaran transkrip nilai IP dan ijazah namun, bisa lebih dari itu.

Di balik wajah kebahagiaan para mahasiswa bertoga, sebenarnya kita masih memiliki tugas yang lebih besar dari pada sekedar tugas yang ada dikampus. Yaitu bagaimana menjadi manusia yang bermanfaat dengan bekal ilmu yang telah kita isi selama bertahun-tahun di kelas.  
Wisuda bukanlah akhir, ini adalah awal dari perjuangan panjang untuk menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Banyak sekali tantangan hidup yang harus dihadapi dengan pundak yang kuat. Ya, pundak akan  terasa makin berat dengan tanggung jawab akademik yang dipikul dan bisikan dari hati bahwa “aku harus bermanfaat bagi orang disekelilingku”. . Fiufh... jika membayangkan, tentu itu sungguh berat sekali. Terlebih melihat wajah para orang tua, yang penuh harapan terhadap anaknya yang telah lulus kuliah, yang tak pernah letih melantunkan doa-doa untuk anaknya…
Wisuda itu ternyata “sesuatu”. Wisuda adalah tentang sebuah kata “bahagia”. Bahagia adalah ketika kita bahagia lalu kita memiliki orang-orang sebagai tempat untuk kita berbagi kebahagiaan itu. *ribetbangetbahasague*. Ya, saat kita dapat membaginya dengan orang lain. Bahagia itu sungguh sederhana. Sungguh...
Wisuda itu mungkin adalah puncak dari perjuangan kita selama di kampus, namun ia bukanlah akhir. Ketika sudah mencapai puncak, capailah puncak yang lain. begitu kiranya nasihat orang bijak yang pas untuk kita saat ini. Lihatlah jauh kedepan, masih banyak puncak yang harus kita daki lagi. Janganlah takut untuk memulai dari Nol, melangkah dari awal untuk mendaki puncak yang lebih tinggi lagi. Ingat bahwa setiap akhir adalah awal permulaan yang baru. Maka itulah hakikat wisuda yang sebenarnya.

Selamat Wisuda teman-teman Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Surabaya, dan juga spesial selamat buat calon “temen hidup” saya yang seminggu lagi Insya Allah juga akan wisuda pasca sarjananya. Tiada yang lebih indah selain kata-kata syukur alhamdulilah. Semoga apa yang kau dapat hari ini bisa menjadi yang terbaik di masa depan. Semoga ilmu-ilmu yang telah didapatkan di bangku kuliah bisa teraktualisasikan di kehidupan dan bermanfaat untuk masyarakat. Semoga bisa menjadi insan yang diridhai Allah SWT serta teladan bagi seluruh masyarakat. Sukses selalu kawanku . Jangan pernah kau merasa puas sampai suatu saat nanti kau membumbung meloncat ke udara, teriakan suksesmu. Raih dengan sebuah doa, usaha keras sejauh anda bisa, maka kamu akan dapatkan lebih dari yang kamu harapkan dan merasakan manisnya meraih kemenangan...  Ayo kita lanjutkan untuk kuliah lagi…!!!! Hlooooohh....




Rabu, 01 Februari 2012

Drama Korea yang Spektakuler

Dong Yi Jewel In The Crown merupakan salah satu Drama Korea yg sempat menarik perhatian gue. Dong Yi ini merupakan Drama Korea yg saat ini sedang ditayangkan di salah satu Televisi swasta di Indonesia ( Indosiar ) yang tayang pada pukul 12.00 – 13.30 WIB pada hari senin sampai jumat yang terdiri dari 60 episode. Meskipun tidak se-spektakuler drama korea Dae Jang Geum ( Tau kan filmnya?? ) tetapi menurut gue ceritanya juga manarik dan menyenangkan untuk diikuti. Teman – teman pada nonton gak?? Ceritanya bagus lhoooo.... gara – gara TV di kosan gue lgi rusyak, gue hanya bisa nonton sampai di episode 36 saja. Buat menghilangkan rasa penasaran gue akan kelanjutan ceritanya di episode - epdisode selanjutnya gue baca sinopsisnya pada setiap episode. Sehingga gue sudah tau duluan jalan ceritanya sampai tamat sebelum cerita yang ditayangkan di Televisi selesai sampai di episode 60.
Drama satu ini menurut gue memang istimewa karena tidak terlalu menonjolkan romantisme percintaan seperti Dorama atau drama korea pada umumnya. Intrik – intrik istana, strategi politik, dan juga cara mengungkap kasus – kasus kejahatan layaknya seorang detektif lebih ditonjolkan dalam drama ini. Drama ini merupakan cerita tentang sejarah kuno pada masa dinasti Joseon, tepatnya pada masa pemerintahan raja Sukjon ( diperankan oleh aktor korea Ji Jin Hee). Raja ini memiliki permaisuri Ratu Inhyeon (diperankan oleh aktris korea Park Ha-sun). Namun juga memiliki seorang selir yang bernama Lady Jang dan kemudian dapat gelar Jang Hee Bin ( diperankan oleh Le So- Yeon). Ratu Inhyeon ini sangat baik hati, tidak sperti selir Jang Hee Bin yang serakah dan haus akn kekuasaan dan akan melakukan apa saja untuk menyingkirkan orang yang menghalangi ambisinya.

Jumat, 27 Januari 2012

Penyakit Kawasaki Hadir di Indonesia

Copas dari tetangga sebelah ( Dr Najib Advani, SpA (K), MMed (Paed) )
Apakah itu Penyakit Kawasaki...??? 
Penyakit Kawasaki ( PK ) ditemukan oleh Dr Tomisaku Kawasaki di Jepang tahun 1967 dan saat itu dikenal sebagaimucocutaneous lymphnode syndromeUntuk menghormati penemunya, maka dinamakan penyakit kawasaki. Di Indonesia, banyak di antara kita yang belum memahami penyakit yang berbahaya ini, bahkan di kalangan medis sekalipun. Hal inilah yang menyebabkan diagnosis acap terlambat dengan segala konsekuensinya. 
Penampakan penyakit ini juga dapat mengelabui mata sehingga dapat terdiagnosis sebagai campak, alergi obat, infeksi virus, atau bahkan penyakit gondong. Penyakit yang lebih sering menyerang ras Mongol ini terutama menyerang balita dan paling sering pada anak usia 1-2 tahun. 
Angka kejadian per tahun di Jepang tertinggi di dunia, yaitu berkisar 1 kasus per 1.000 anak balita, disusul Korea dan Taiwan. Di Amerika Serikat berkisar 0,09 (pada ras kulit putih) sampai 0,32 (pada keturunan Asia-Pasifik) per seribu balita.  Di Indonesia, penulis menemukan kasus PK sejak tahun 1996, tapi ada dokter yang menyatakan sudah menemukan sebelumnya. 
Indonesia baru resmi tercatat dalam peta penyakit kawasaki dunia setelah laporan seri kasus PK dari Advani dkk diajukan pada simposium internasional penyakit kawasaki ke-8 di San Diego, AS, awal tahun 2005. Diduga, kasus di Indonesia tidaklah sedikit dan menurut perhitungan kasar, berdasarkan angka kejadian global dan etnis di negara kita, tiap tahun akan ada 3.300-6.600 kasus PK.
Namun kenyataannya kasus yang terdeteksi masih sangat jauh di bawah angka ini. Sekitar 20-40 persen-nya mengalami kerusakan pada pembuluh koroner jantung. Sebagian akan sembuh  namun sebagian lain terpaksa menjalani hidup dengan jantung yang cacat akibat aliran darah koroner yang terganggu. Sebagian kecil akan meninggal akibat kerusakan jantung.
Penyebab PK hingga saat ini belum diketahui, meski diduga kuat akibat suatu  infeksi, namun belum ada bukti yang meyakinkan. Karena itu cara pencegahannya juga belum diketahui.  Penyakit ini juga tidak terbukti  menular.

Minggu, 15 Januari 2012

Sebuah novel yang sangat inspiratif


Berjam – jam berada di Gramedia hanya untuk membaca - baca buku saja bukan untuk membeli buku merupakan hal yang sangat menyenangkan. Hal itulah yang saya lakukan ketika hasrat ingin membaca saya sedang bergejolak. Beberapa minggu yang lalu saya sempat bolak - balik ke Gramedia hanya untuk menyelesaikan membaca novel goresan tangan Kang Abik yang berjudul Cinta Suci Zahrana. Setelah 3 kali ke Gramedia tak perlu lagi saya harus bolak – balik lagi ke Gramedia karena ada orang yang buaik hati buanget ngasih saya Novel tersebut. Dua hari setelah Novel tersebut berada ditangan saya akhirnya selesai juga saya membaca novelnya,Alhamdulillah. Saya ucapkan terima kasih banyak kepada orang yang sudah berbaik hati membelikan saya Novel ini. 
Jalan kehidupan tak mungkin satu jalan saja. Ada berbagai jalan yang bisa ditempuh. Adakala manusia memilih jalan yang lusuh dan bernoda. Ada pula yang memilih jalan bersih nan suci. Terkadang terasa mudah dan lapang jalan itu dilewati. Terkadang pula terjal berliku. Dan, rasanya manusia tak mungkin sanggup meniti jalan panjang itu seorang diri. Butuh sosok pendamping yang diharapkan dapat mengiringi setiap episode jalan kehidupannya. Dan, selama penantian itu, manusia haruslah tetap melangkah. Lagi-lagi, manusia dihadapkan pada pilihan. Melewati masa penantian itu dengan nista, ataukah dengan ksatria.
Salah satu kesan saya usai membaca novel “Cinta Suci Zahrana” karya Habiburrhman El-Shirazi (Kang Abik), betapa dilemanya seorang gadis berprestasi saat dihadapkan pada pilihan mengejar cita-cita dan karir atau Cinta. Diakui, lingkungan sosiologis kita masih berpandangan, bahwa priosritas seorang perempuan menjadi ibu dari anak-anak di samping isteri dari seorang suami. Setinggi apapun prestasi yang diraih, rasanya belum afdol bila kehidupan pribadi termasuk cintanya tidak sukses (Hadeeeh...).

Sabtu, 10 Desember 2011

Cinta adalah Keseimbangan


Kenyamanan dalam menjalin hubungan hanya dapat dibangun secara bersama-sama, Tidak bisa bertepuk sebelah tangan atau sepihak saja. Melalui proses panjang, setiap individu saling menemukan kekurangan dan kelebihan masing-masing. Penemuan itulah yang harus menjadi ruang untuk saling mencari keseimbangan. Dalam menjalin hubungan bisa menjadi taman surga yang mencerahkan, tetapi kadang – kadang juga tak jarang menjadi tambang derita yang menyengsarakan. Tetapi kedua sisi itu kadang rapat berhimpitan satu sama lain. Sisi yang satu datang pada waktu tertentu, sedang sisi lainnya datang menyusul kemudian. Yang satu membawa petaka, yang lainnya mengajak tertawa.hahahaaaa.... maka dari itu harus pandai – pandai dalam menyikapi perubahan tersebut sehingga hubungan tersebut akan berujung dipersinggahan sebuah rumah yang menjadi tempat sentral kembalinya setiap individu setelah melalui pengembaraan panjang yang nantinya akan  menjadi panggung menyenangkan untuk sebuah pentas cinta kasih yang diperankan oleh setiap penghuninya.